Rabu dini hari, jam 3 pagi 14 November, udara yang masih dingin karena semalam hujan, seketika menghilangkan rasa kantuk. Anak ragilku yang diprediksi lahir laki-laki nampaknya segera hadir di bumi. Karena erangan istriku tercinta yang kontraksi sudah lima menitan. Itu pertanda.... Detik itu juga kutinggalkan Fia dan Ela yang masih tidur menuju ramah bidan 300 meter jarak dari rumahku. Ku pacu motor di tengah rintik hujan yang dingin. Sementara angin dingin dinihari itu serasa menusuk tulang. Itu tidak aku pedulikan, yang penting jabang bayi yang sebentar lagi hadir di tengah keluargaku lebih aku pedulikan, asal selamat. Sementara satpam perumahan masih malas membuka mata karena kantuk dan dinginnya malam, aku buka sendiri pagar agar bisa masuk areal perumahan dimana bidan itu tinggal. Bel ditekan, keluarlah perawat yang sigap memeriksa dan menelpon sang bidan agar segera datang.
"Nyuwun sewu, pak, kadosipun bayine posisine melintang, sampun wayahe lahir, dirujuk teng Yarsis mawon, nggih?" kata bidan itu yang langsung membuat aku bagai tersambar petir. 'Ngalamat operasi iki.' batinku. Lalu aku disodori kertas rujukan utk kerumah sakit. Tanpa pikir panjang aku langsung ke Yarsis dan ngutang dulu 10 ribu ke bu bidan karena tak bawa uang.
Di yarsis tak ada dokter, mesin USG juga belum buka, ya sudah akhirnya pulang. Sementara perut istri terus menerus kontraksi dan waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi, sholat dulu dikantor humas, utk telpon bu Ma'ruf kalo-kalo bisa dipijat. Tapi jawab bu Ma'rauf tidak bisa, sudah terlanjur. Jadilah kami ke BKIA Abu Salman di mendungan, sampai jam 6.30, akhirnya dokter tiba, dan setelah diperisa, tak ada kata lain selain OPERASI CESAR. Subhanallah.......